Kamis, 13 Maret 2008

Bekerja adalah Kehormatan, Bekerja adalah Ibadah part 2 (bersambung kapan - kapan)

Alhamdulillah dalam masa – masa sulit itu masih banyak teman – temanku yang belum lulus kuliah. Jadi hari – hariku tidak sampai kesepian. Hamper setiap hari aku masih bisa ngobrol bareng, jalan – jalan bareng dan bercanda bareng terman – temanku. Sampailah pada suatu hari aku mendapat panggilan dari salah satu perusahaan swasta di Surabaya.

Wow… nggak bisa aku lukiskan betapa gembiranya hatiku akhirnya dari sekian banyak surat lamaranku ada juga yang nyantol. Tes demi tes aku lalui sampai wawancara terakhir dan keputusan terakhir aku diterima. Wah… bener – bener seneng banget. Setelah sekian lama aku menanti – nanti dan mencari – cari akhirnya dapat juga. Tapi di dalam kegembiraanku masih ada satu tersimpan kekecewaan. Yaitu karena ternyata gaji yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang aku harapkan. Saking senengnya diterima bekerja aku langsung menelepon kakakku, sahabatku, dan sekaligus motivatorku yang saat itu berada di luar kota. Kalau beliau juga sempat membaca blog ini aku ingin sampaikan rasa terimakasihku yang dalam dari dasar hati atas segala bantuannya terutama spirit yang beliau tularkan kepada saya.

Pada waktu itu melalaui telpon saya hanya bilang “mas, aku diterima kerja di Surabaya”. Kemudian telpon langsung aku tutup. Maklum untuk menghemat pulsa. Tidak lama setelah itu beliau menelpon balik dan di ujung telepon sana terdengar suara “alhamdulillah nduk….! Itulah kalimat pertama yang dia ucapkan. Terasa sekali rasa lega dalam nada bicaranya dan sangat bersemangat memberikan aku bekal spirit dan wawasan baru yang sangat bermanfaat buat ku sebelum memasuki dunia kerja yang baru. Satu hal yang tetap saya ingat sampai sekarang adalah beliau selalu menekankan bahwa niatkan bekerja hanya untuk ibadah. Karena kalau bekerja diniatkan untuk ibadah insya allah apa yang kita dapatkan menjadi lebih berkah. Dengan niat ibadah insya allah kita bisa menjalankan tugas – tugas dengan ikhlas dan ringan. Namun bila bekerja semata – mata hanya untuk memperoleh kepuasan materi maka kepuasan yang sesungguhnya tidak akan terpenuhi. Dan akhirnya bisa terjebak dalam penyakit hati, seperti merasa iri dengan gaji rekan kerja yang lain yang gajinya mungkin lebih besar dari pada kita, tergoda untuk melakukan korupsi dan penyakit – penyakit hati yang lain.

Mendengarkan penuturan beliau saya jadi mengurungkan niat saya untuk berkeluh kesah karena gaji yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang saya inginkan. Semuanya berubah menjadi rasa syukur yang dalam karena bahwa Allah sudah menjawab do’aku dengan memberikan pekerjaan yang aku inginkan, sementara masih banyak teman – teman saya yang menganggur. Saya jadi ingat masa – masa menanti respon dari lamaran – lamaran yang saya kirimkan. Begitu menyiksa, begitu tidak enak menjadi pengangguran. Saya tiba – tiba merasa legowo dan tidak ada ganjalan lagi mengenai gaji.

Memang benar apabila bekerja diniatkan untuk ibadah segala sesuatunya bisa kita kerjakan dengan ikhlas dan ringan. Karena bekerja adalah ibadah. Sekaligus kehormatan. Dulu sebelum punya pekerjaan saya sering malu kalau berkumpul dengan anggota keluarga yang lain. Karena takut ditanyain masalah pekerjaan. Sekarang saya pun jadi lebih PEDE dengan berstatus karyawan/ pekerja dari pada beberapa tahun lalu di saat saya masih menjadi “pengacara”.

Semoga bermanfaat.

C & D Collections